Biasanya saya enggak pernah melihat. Saya enggak tegelan, tegaan. Yang lihat hanya istri, sama anak. Saya keluar hanya berdoa, baca ayat Kursi, biasanya di masjid, di mana saja. Pokoknya mengasingkan diri, menjauh," cerita Husni saat ditemui Tribunnews.com di rumah Tontowi, Grand Melati Residence, Jatiwarna, Bekasi, Jawa Barat, Senin (22/8/2016) malam.
Di semifinal, Husni dari awal sampai akhir menyaksikan Tontowi/Liliyana menyikat ganda campuran peringkat satu dunia asal Tiongkok, Zhang Nan/Zao Yunlei dua set langsung 21-16 dan 21-15.
"Semifinal dan finalnya saya bertahan untuk menonton. Galib awa maglub (kalah atau menang) sudah biasa. Alhamdulillah. Baru itu saya menonton. Di Senayan saya menunduk saja, sampai membaca Yasin," Husni mengenang.
Di laga semifinal Husni konsentrasi penuh menonton dari awal sampai akhir pertandingan. Biasanya ia lihat hanya sepotong, lalu pergi jika Tontowi/Liliyana sudah mau kalah atau tertinggal poin cukup jauh dari Nan/Yunlei.Husni hafal, selama ini Tontowi/Liliyana selalu menang di set pertama ketika meladeni Nan/Yunlei. Giliran di set kedua, kalah dan akhirnya pasangan Tiongkok yang menang, seperti di Indonesia Open.
"Semifinal kemarin begitu set pertama menang. Alhamdulillah di set kedua menang. Kelihatannya sudah mau menang ya sudah saya lanjutkan. Kalau set keduanya kalah, insya Allah kalah juga. Soalnya penentuan di set kedua," beber alumnus Pondok Modern Gontor tahun 75 ini.
Mental Kendur
Melihat anak sendiri bertanding dan menang emas cabang bulutangkis di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 menjadi kebanggaan Husni sebagai ayah Tontowi atau Owi.Ia memaklumi kekurangan pasangan Tontowi/Liliyana di dua laga terakhir sebelum naik podium. Faktor kekalaham mereka selama ini dari pasangan Tiongkok hanya di mental.
Tumben-tumbenan Muhamad Husni Muziatun duduk berlama-lama di depan televisi di rumahnya, Sumpiuh, Banyumas, Rabu (17/8/2016), menyaksikan putranya, Tontowi Ahmad.Pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir malam itu di final menghempaskan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Yin, disikatnya dua set langsung 21-14 dan 21-12 di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil.
"Owi sama Zang Nan itu hanya kalah mental saja. Sebenarnya, materi lebih bagus Owi baik pukulan atau taktisnya. Lihat sendiri Zang Nan jatuh-jatuh, Owi enggak. Berarti penempatan bola Owi taktis, tinggal mentalnya saja," seru Husni.Selama mental Tontowi/Liliyana stabil, semua lawan bisa dihadapi. Di set pertama Husni melihat mental Owi biasa dan tak terganggu. Kondisi ini terus bertahan di set kedua, dan akhirnya Tontowi/Liliyana juara."Semifinal itu final sesungguhnya. Pas nonton final ya berdebar juga tapi ya enggak begitu terlalu. Semifinal menang, insya Allah finalnya juga menang," kata Husni.
Sepanjang karier profesionalnya, Owi sudah meraih 20 gelar juara di level internasional, delapan di antaranya diraih di turnamen tingkat Super Series, tiga gelar di All England dan India Open.
Demi Tontowi Ahmad, Sang Ayah Sendirian Bawa Mobil dari Banyumas | PT. Bestprofit Futurres Cabang Mayapada
Kemarin Husni berangkat bersama istri dan cucunya, Celsea Aghniya, kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Fauziyah, ke Jakarta untuk menjemput Owi.Saat Owi dan rombongan pebulutangkis Indonesia tiba di Terminal Ultimate 3 Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (23/8/2016), Owi memeluk ayah dan mencium kaki ibunya di depan umum.Tribunnews.com sempat berbincang via telepon dengan Husni untuk bertemu di Jakarta sehari sebelum Owi tiba di Tanah Air.
Akhirnya wawancara berlangsung di sebuah rumah di Grand Melati Residence, Jatiwarna, Bekasi. Inilah rumah Owi saat masih bujang. Tiap ke Jakarta, Husni dan istrinya selalu tinggal di rumah ini.Terungkap demi anaknya, Husni menyetir mobil tanpa sopir pribadi dari Banyumas ke Jakarta Itu kerap ia lakukan ketika Owi mau tanding di luar negeri dan saat pulang.
"Saya sudah biasa mas bawa mobil sendiri dari Banyumas ke Jakarta. Kemarin pas berangkat juga begitu," Husni menjelaskan.Selang beberapa jam sebelum pertemuan, Husni mengabarkan dirinya baru sampai di Tol Cipali. Ia mengaku senang naik mobil meski usianya sudah menginjak 62 tahun.
Selepas SMP di Banyumas, Husni juga yang mengantarkan Owi bergabung dengan PB Argo Pantes di Tangerang menggunakan Panther. Dua tahun Owi ditempat di sini sebelum 2002 pindah ke Gresik.
Tontowi Ahmad atau Owi berharap orangtuanya, Muhamd Husni Muziatun dan Masruroh hadir untuk menjemputnya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (23/8/2016).
"Nanti walau dijemput siapa, baik itu presiden dan menteri, jika bapak ibu enggak jemput, saya kurang senang," begitu pesan Tontowi seperti ditirukan Husni kepada Tribunnews.com, Senin (22/8/2016) malam.
Cerita Husni mengantarkan Owi seperti sekarang sebagai pebulutangkis andalan Indonesia di nomor ganda campuran penuh liku-liku. Ia mulai melatih Owi dari kelas empat sekolah dasar sampai SMP.
"Di kelas empat sekolah dasar, prestasi Owi kalah dengan keponakannya. Cucu saya, Celsea sudah dapat juara di sampai tingkat provinsi. Dia calon penerus Owi," kata Husni.
Lulus SMP, Husni juga yang memasukkan Owi ke PB Argo Pantes di Tangerang pada 2002. Saat itu Husni mengemudikan sendTak sia-sia perjuangan Husni, Owi sudah beberapa kali dapat juara selama dua bulan dibina di Argo Pantes. Dua tahun berselang Owi pindah ke Gresik sampai 2004. Tahun berikutnya diambil oleh PB Djarum di Jakarta.iri mobil Panther untuk membawa Owi.
Keberhasilan Tontowi Raih Emas Tak Lepas dari Doa Sang Ayah | PT. Bestprofit Futurres Cabang Mayapada
Seperti diketahui, Tontowi sukses meraih medali emas dari cabang bulu tangkis sektor ganda campuran bersama Liliyana Natsir.
Meski tak dapat menyaksikan langsung ke Brasil, Husni tak henti memberikan dukungan lewat doa. Dia mengaku selalu melantunkan dua surat dari Kitab Suci Al Quran.
"Doa yang pasti saya baca itu Ayat Kursi, 1.000 kali pun saya baca. Selain itu juga Surat Yassin," kata Husni saat penyambutan pahlawan olahraga Indonesia di Bandara Soekarno-Hatta, Selasa (23/8) sore WIB.
Keberhasilan Tontowi Ahmad dalam merebut medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 tak lepas dari peran sang ayah, M. Husni Muzaitun.
Lebih lanjut Husni menjelaskan, doa dan usaha adalah dua hal yang akan melengkapi satu sama lain.
"Latihan tanpa doa atau doa tanpa latihan tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebab semuanya Allah yang mengatur," tandasnya.
Husni, Tontowi, dan para pahlawan olahraga Indonesia lainnya pada hari ini, Rabu (24/8) bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara.